RagamUncategorizedUtama

Pizza Ala Italia dari Dusun Cisoka

Salah satu menu pizza di kedai Pizza ala Ambu. (IG pizzaalaambu)

KLIK TODAY II Pizza identik dengan makanan perkotaan. Selain karena berasal dari luar negeri yaitu negara Italia, pizza memang dijual di pusat-pusat kota atau di mal-mal. Namun, pizza yang satu ini beda. Ia justru dijual di desa, tepatnya di Dusun Cisoka Desa Sukamaju Kecamatan Rancakalong Sumedang.

Desa ini 20 kilometer jaraknya dari GTO Pemulihan Cisumdawu atau sembilan kilometer dari GTO Sumedang. Nama pizzanya Pizza Ala Ambu. Bolehlah ia disebut sebagai hidden gem kuliner Sumedang.

Soal rasa, berani diadu dengan merek terkenal. Tidak aneh bila antrean selalu mengular di kedainya. Pengunjung yang datang tidak hanya seputar Sumedang tapi juga dari Bandung dan daerah lainnya. Ini dirasakan langsung oleh penulis yang memang doyan makan pizza.

Menu yang disajikan hampir sama seperti resto pizza pada umumnya.Namun ini agak sedikit berbeda karena tersaji juga Rendang Pizza, Hot Noodles Pizza, dan juga Peueyum & Cheeze di daftar menu. “Kami harus memodifikasi rasa supaya bisa diterima oleh pembeli,” ujar Dadang Romansah, pemilik Pizza Ala Ambu.

Pizza yang dibuat olehnya dan juga  istrinya, Lilis Sunarsih Heryanti ini memang persis seperti pizza produksi negeri Matador. Ia pun menyebut pizza ala Itali. Pizzanya tipis, kering, tapi krunci. Rasanya pun enak. Kalau sudah mencicipinya, pasti tidak akan cukup hanya sepotong saja. Bila anda datang ke kedai Pizza Ala Ambu ini, jangan hanya pesan satu pizza, tapi cobalah dua atau tiga pizza.

Kedai Pizza Ala Ambu hanya buka Sabtu dan Minggu saja. Bila hendak ke sana, pastikan Anda sampai pukul 10.00 WIB. Itu adalah jam buka kedai yang juga menjadi tempat tinggal pasangan Dadang dan Lilis. Rumah yang disulap menjadi kedai ini ditata sedemikian rupa sehingga terdapat spot-spot yang instagramable.

Ada spot bertema golf, lengkap dengan stik dan bola golfnya. “Peralatan golf saya dapat dari beberapa pelanggan yang membeli tungku pembakaran pizza,” ujar Dadang.

Dadang menceritakan, saat mengawali jualan pizza di kampungnya empat tahun lalu, ia harus keliling kampung menjajakan dagangannya. “Syukur alhamdulillah, anak saya menyebarkannya lewat medsos dan ternyata viral. Ia juga yang menata kedai dan membuat spot-spot yang cantik,”ungkapnya.

Ia memang berprinsip, jualan bisa dikampung tapi jangan kampungan. Itulah sebabnya, untuk melihat menunya, pengunjung harus menscan barcode yang ada di meja. Pembayaran pun , ia tidak menerima cash tapi melalui Qris, transfer, atau debit.

Dadang sama sekali tidak memiliki latar belakang kuliner. Keberaniannya untuk berjualan pizza karena ia punya nama besar dalam pembuatan tungku untuk memanggang pizza. Nama tenarnya Dadang Tungku. Sudah ratusan tungku yang dibuatnya dan dikirim ke seluruh Indonesia. Ia memang termasuk dalam segelintir ahli pembuatan tungku di tanah air.

Kemahirannya membuat tungku pizza didapat saat ini bekerja kepada Erick yang orang Itali pada tahun 1996. Dua tahun ia bekerja dan diajari membuat pizza dan tungkunya yang berbahan bakar kayu. Pada 1998, Erick kembali ke Italia dan ia meneruskan usahanya dengan tertatih-tatih. Kemahirannya dalam membuat mebel membuatnya mahir dalam mendesain tungku.

Tungku yang dibuatnya memang sangat membantu penjualan pizza para pembelinya. Dibandingkan dengan menggunakan pemanggang listrik, pemakaian tungku kayu membuat pembakaran pizza semakin cepat. Bila menggunakan pemanggang biasanya memakan waktu 15 menit, maka tungku kayu bisa memangkas jadi hanya tiga menit.

“Ada pembeli tungku saya di Bandung yang asalnya hanya bisa menjual 75 pizza dengan menggunakan pemanggang elektrik, dengan tungku kayu kini bisa menjual 200 pizza,” ujar Dadang. Tentu saja ia mewanti-wanti tidak menuliskan pelanggannya itu.

Kesibukannya membuat tungku pemanggang pizza membuatnya hanya membuka kedai Pizza Ala Ambu  pada hari Sabtu dan Minggu saja. “Hari-hari biasa saya membuat tungku. Banyak pesanan masuk dari berbagai kota. Itu sudah menyita waktu saya,” katanya seraya menunjukkan beberapa pesanan yang sedang digarapnya.

Harga pertungku memang bervariasi. Untuk tungku yang luasnya satu meter persegei saja harganya Rp55 juta hingga Rp60 juta. Tungku yang lebih kecil kisarannya Rp50 juta. Paling mahal, Dadang Tungku menjual tungku seharga Rp80 juta.

“Bahan bakunya mahal dan sulit. Beberapa bahan baku masih saya datangkan dari Italia. Harganya pun mahal. Pengirimannya juga lama,” ujar Dadang yang juga menjabat Ketua DKM Masjid Uswatun Hasanah ini.

Untuk plat mulut tungku misalnya. Ia harus membelinya dari Itali seharga Rp750.000 perlembar. Untunglah sekarang ini menemukan bahan dari dalam negeri dengan kualitas yang sama dengan harga lebih murah dan waktu pengiriman lebih cepat. “Saya sudah cek dan minta pendapat Pa Erick, ternyata  kualitasnya sama dengan plat dari Itali.

Saat ini, tungku pembakaran pizza karya Dadang Tungku sudah dibantu pembuatan hak ciptanya oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang. Pizza Ala Ambu pun sudah dapat hak cipta.

Dari hasil penjualan tungku dan pizzanya, Dadang kini telah bisa mempekerjakan delapan orang di kedainya. “Ah, baru keluarga saja yang bekerja di kedai ini,” ujar Dadang merendah.***

Penulis: Reri