NasionalNusantaraUtama

Pemprov DKI Jakarta Akan Berikan Pelatihan Kerja untuk Jukir Liar

Agar jadi Tenaga Terampil

Kadishub DKI Jakarta Syafrin Liputo saat memberikan keterangan tentang penertiban jukir liar di Jakarta

KLIK TODAY II Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak hanya melakukan penertiban dan pendataan juru parkir (jukir) liar, tapi juga siap membina mereka agar dapat menemukan pekerjaan sesuai minat dan meninggalkan pekerjaan lama mereka.

“Hasil pendataan ini, kami koordinasikan lebih lanjut dengan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi agar mereka didata kemudian diinventarisir kira-kira minat mereka di bidang apa yang kemudian, kita siapkan diklat dan pelatihan,” kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo sebelum menertibkan juru parkir liar di Jakarta Pusat, Rabu. 

Syafrin mengatakan dalam kegiatan penertiban tersebut tim gabungan dari Dinas Perhubungan, Satuan Polisi Pamong Praja, unsur kewilayahan, polisi dan TNI menerapkan pola humanis dan persuasif yang dimulai dengan pendataan.

Dia berharap kegiatan yang akan terus dilakukan hingga satu bulan ke depan terhitung sejak Rabu ini dapat membantu para juru parkir liar menjadi tenaga terampil dan siap disalurkan pada bidang-bidang usaha di Jakarta.

Adapun penertiban juru parkir liar ini, imbuh dia, salah satunya sebagai tindak lanjut laporan masyarakat yang mengaku tak nyaman karena dimintai sejumlah uang oleh oknum yang mengaku juru parkir di minimarket.

“Kami tetap melakukan inventarisasi terhadap laporan yang masuk, baik melalui JAKI maupun cepat respon masyarakat (CRM) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, lalu kita tindak lanjut hari berikutnya,” kata Syafrin.

Pada penertiban kali ini, sebanyak 12 orang juru parkir liar ditertibkan dari sekitar delapan minimarket.

Salah seorang juru parkir yang terkena penertiban, Budi (52) mengaku sudah menjalani pekerjaannya selama dua tahun karena diajak temannya.

Pria asal Taman Sari, Jakarta Barat itu mengatakan dalam sehari bisa mendapatkan Rp100 ribu yang terkadang dibagi dua dengan rekannya.

“Saya diajak kerja, ngasih buat makan saja. Sehari kadang Rp100 ribu, kadang dibagi dua. Namanya tempatnya kecil. Saya bantu-bantu saja. Kalau dapatnya banyak, Alhamdulillah Rp150 ribu, daripada menganggur,” ujar dia.***

Editor: Reri