PendidikanUtama

Kasi Sapras Bidang SMP Disdik Sukabumi Gercep Tangani Ambruknya Bangunan di SMPN 2 Simpenan

"Disimpulkan kayu atap di SMPN 2 Simpenan itu memang sudah rapuh, sehingga ketika hujan besar sudah tidak bisa lagi menahan beban air"

Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi melalui Kasi Sarpras Bidang SMP segera mengambil langkah dalam menangani ambruknya atap bangunan di SMPN 2 Simpenan.

Klik Today || Pasca hujan disertai angin kencang, bangunan SMPN 2 Simpenan Kabupaten Sukabumi ambruk. Pihak Dinas Pendidikan pun langsung ke lokasi melakukan penanganan.

Kasi Sarana Prasarana Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Zetta Nusantara Putra mengatakan, sudah ada laporan dari Kepala Sekolah terkait ambruknya sekolah tersebut.

Dilaporkan tidak ada korban jiwa, namun menelan kerugian relatif lumayan.

Fasilitas yang ikut rusak diantaranya 30 unit komputer yang tertimpa kayu.

“Saya melakukan analisa dari laporan tersebut. Disimpulkan kayu atap di SMPN 2 Simpenan itu memang sudah rapuh, sehingga ketika hujan besar sudah tidak bisa lagi menahan beban air. Maka, kayu-kayu atap itu roboh,” ujar Zetta, Sabtu (20/1/2024).

Zetta juga mengatakan, Dinas Pendidikan saat ini memang menghadapi persoalan yang cukup rumit terkait kondisi bangunan sejumlah sekolah.

Itu terjadi selain faktor cuaca juga karena kondisi bangunan memang banyak yang sudah tidak memadai. Terlebih lagi selama dua sekolah kosong karena covid sehingga tidak terurus.

“Jadi kondisi sekolah tidak terkontrol, termasuk soal adanya kebocoran yang tidak terdeteksi. Ketika musim hujan semakin memperparah kondisi kayu dan bangunan sekolah,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Zetta, anggaran pun sejak covid hingga kini belum stabil. Hal ini tentu jadi bahan pemikiran pihak disdik untuk memikirkan bagaimana caranya agar sekolah-sekolah yang sudah terlihat rusak itu segera direhab.

Zetta juga memangatakan, tidak bisa dipungkiri saat ini memang banyak sekolah yang rusak. Awalnya tidak rusak, tapi lama-lama kondisinya mengkhawatirkan, seperti di SMPN 2 Simpenan ini.

“Jika belum ada anggaran untuk rehab, kita turunkan saja gentengnya. Kita amankan dulu jangan sampai roboh oleh alam. Jadi istilahnya daripada roboh oleh alam mendingan kita amankan,” lanjut Zetta.

Zetta menjelaskan, ketika ada bangunan sekolah roboh tidak kemudian langsung direhab. Pasalnya, harus melihat dulu anggarannya dan juga skala prioritasnya.

Faktanya, selain harus menangani sekolah yang ambruk, pihak Disdik juga harus melakukan upaya penambahan kelas baru dan fasilitas di sekolah lain, termasuk ada sekolah yang harus direlokasi.

“Intinya, tentu kami akan segera melakukan langkah-langkah penanganan dan perbaikan agar proses belajar mengajar di setiap sekolah berjalan baik,” ujarnya. (adi)

Editor : Marthin Reinhard