NasionalNusantaraRagam

HARGA BERAS TINGGI: Dibutuhkan Infrastruktur Pemasaran Komoditi

Sonson Garsoni, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Konsultan Non Kontruksi Indonesia (Askkindo)

Oleh : Sonson Garsoni*)

Harga beras di Indonesia sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata dunia, sebagaimana diungkap oleh Bank Dunia.

Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan ini antara lain:

  1. Biaya Produksi Tinggi. Biaya perlengkapan, tenaga kerja, dan input lainnya di Indonesia lebih tinggi. Penyebab ini sering kali terkait dengan teknologi pertanian yang kurang efisien.
  2. Rantai Distribusi yang Panjang. Sebagaimana sering disebutkan para peneliti dan pengamat, rantai pasokan yang panjang menjadikan harga beras semakin mahal. Banyak pihak yang terlibat dalam distribusi, yang masing-masing mengambil margin keuntungan.
  3. Perubahan Iklim, Bencana dan Ketidakpastian Cuaca. Indonesia juga rentan terhadap bencana alam, seperti banjir dan kekeringan, yang dapat memengaruhi hasil panen.
  4. Tingkat Permintaan yang Tinggi. Dengan populasi yang besar, permintaan beras di Indonesia sangat tinggi, sering kali melebihi pasokan yang ada.

Untuk memberikan gambaran konkret tentang harga beras dunia, pada tahun 2022, harga beras medium di pasar internasional berkisar antara USD 300 hingga USD 500 per ton, tergantung pada jenis dan kualitas beras. Di Indonesia, harga beras sering kali mencapai harga yang jauh lebih tinggi dari kisaran tersebut, tergantung pada kualitas dan lokasi, yang dapat berkisar antara IDR 10.000 hingga IDR 15.000 per kilogram atau lebih.

Kondisi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam sistem pertanian dan distribusi di Indonesia yang perlu diatasi agar harga beras dapat lebih kompetitif.

Harga beras di Indonesia cukup mahal disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait, antara lain:

Rantai Tataniaga yang Panjang. Tidak adanya lembaga yang dapat memangkas rantai pasok menyebabkan harga beras menjadi lebih tinggi. Banyak pihak yang terlibat dalam distribusi mulai dari petani, pengumpul, penyalur, hingga pengecer. Setiap tahap dalam rantai ini bisa menambah biaya, sehingga harga yang dibayar konsumen menjadi lebih mahal.

Efisiensi Sawah Skala Kecil: Di Indonesia, sebagian besar lahan pertanian dikelola oleh petani kecil yang memiliki areal sempit. Ketidakcukupan alat modern dan teknologi pertanian membuat proses produksi beras menjadi tidak efisien. Hasil panen dari sawah skala kecil sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, dan biaya produksi lebih tinggi per unitnya.

Rugi dari Proses Panen hingga Jadi Beras Proses dari panen, penggilingan, hingga penyimpanan beras seringkali tidak optimal. Misalnya, teknik pengeringan yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan hasil. Selain itu, akibat mutu penyimpanan yang kurang baik, beras dapat rusak atau terkontaminasi, yang berdampak pada kuantitas dan kualitas beras yang tersedia di pasar.

Memahami masalah diatas, Peran Bulog (Badan Urusan Logistik) diharapkan dapat berfungsi sebagai lembaga yang membantu efisiensi logistik dari proses pengolahan gabah hingga distribusi beras ke konsumen. Bukan seperti saat ini Bulog adalah “tengkulak besar” beli gabah petani dan jual beras ke konsumen.

Bulog sesuai namanya dapat berfungsi sebagai pemberi jasa-jasa atau fasilitator saja yang menghubungkan petani secara langsung dengan pasar dan mengurangi peran tengkulak, maka akan ada penurunan biaya dan peningkatan keuntungan bagi petani serta harga yang lebih terjangkau bagi konsumen.

Sejatinya, Bulog (Badan Urusan Logistik) diharapkan berfungsi sebagai penyedia layanan logistik yang komprehensif dalam sektor pertanian, khususnya dalam distribusi beras.

Berikut penjelasan peran Bulog yang sesuai dengan fungsi sistem penerimaan gudang (Warehouse Receipt System/WRS) sebagaimana berlangsung di negara-negara maju:

  1. Layanan Panen Bulog seharusnya menyediakan dukungan logistik pada saat panen, seperti alat dan teknologi yang memungkinkan petani untuk melakukan panen dengan lebih efisien. Dengan begitu, hasil panen dapat optimal dan biaya dapat ditekan.
  2. Pengeringan Bulog juga dapat berperan dalam menyediakan fasilitas pengeringan yang baik, sehingga kualitas gabah tetap terjaga selepas panen. Pengeringan yang tepat akan meminimalkan kerugian hasil pertanian dan memastikan beras yang dihasilkan berkualitas tinggi.
  3. Pengangkutan Fungsi Bulog sebagai penyedia jasa pengangkutan sangat penting untuk menjamin bahwa gabah dapat diangkut dari lokasi panen ke fasilitas pengolahan tanpa kerugian dan dalam kondisi baik. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi dan waktu.
  4. Distribusi Bulog seharusnya berperan dalam mendistribusikan beras hingga ke konsumen akhir, menciptakan saluran distribusi yang efisien dan langsung, mengurangi peran tengkulak yang sering menambah biaya bagi petani dan konsumen.

Jadi berbeda dengan fungsi tengkulak yang membeli gabah dari petani dan kemudian menjual beras, peran Bulog seharusnya lebih sebagai fasilitator yang menyediakan layanan logistik. Dengan demikian, Bulog bisa membantu mengurangi biaya operasi bagi petani dan menghindari praktik pengejaran keuntungan yang berlebihan oleh tengkulak.

Dengan perubahan fokus ini, Bulog dapat membantu menciptakan sistem pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan, serta memberikan keuntungan lebih bagi petani dan konsumen, menjadikan harga beras lebih stabil dan terjangkau.

Dengan memahami masalah pokoknya adalah ketiadaan infrastruktur pemasaran dan mengatasi isu-isu di atas, diharapkan terbentuk efisiensi dan menurunkan harga beras**)

*) Penulis, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Konsultan Non Kontruksi Indonesia (Askkindo), Founder PT Cipta Visi Sinar Kencana (CVSK)- KencanaOnline