Ragam

Asal Muasal Mochi, Cemilan Khas Sukabumi yang Cocok untuk Kue Lebaran

Foto: Istimewa/Sukabumi Update

Klik Today || Cemilan khas Sukabumi yang bernama Mochi ini ternyata sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTP) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tahun 2022.

Meski begitu, masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana asal muasal cemilan berasa kenyal itu ada dan mengharumkan nama Sukabumi.

Ada dua versi tentang asal muasal Mochi. Ada yang menganggap bahwa Mochi berasal dari Jepang, namun ada pula yang menyimpulkan cemilan itu berasal dari Tiongkok.

Terkait munculnya anggapan bahwa mochi berasal dari Jepang, dibatah seorang sejarawan asal Sukabumi, Irman Firmansyah. Menurutnya, itu anggapan keliru. Mochi asal muasalnya dari orang Sukabumi sendiri.

Dalam wawancaranya dengan sebuah media, sejarawan dari Komunitas Dapuran Kipahare ini menuturkan info bahwa Mochi asli Jepang itu keliru. Sebenarnya dari wilayah Sukabumi juga dan di Jepang berkembang abad 9-11, saat beras masuk ke Jepang, itu zaman kerajaan Sunda.

“Pendapat ini kuat karena hasil penelitian dari antropolog Universitas Indonesia,” ujar Irman.

Menurutnya, budaya itu berkembang sepanjang zaman. Kota Sukabumi berdiri pada masa colonial di mana penguasanya saat itu orang Eropa dan banyak warga non Sunda yang tinggal, sehingga menimbulkan budaya sebagai asimilasi lebih dari satu budaya.

Mochi di Jepang disebut berasal dari ‘Motsu’ yaitu untuk menahan atau memiliki, menandakan bahwa mochi adalah makanan yang diberikan oleh para dewa.

Ada juga ‘Mochizuki’ yang berarti bulan purnama dan ‘Muchimi’ yang berarti lengket.

Pemahaman sebagian besar masyarakat pastinya menganggap mochi berasal dari Jepang. Konon kue ini sudah digunakan untuk perayaan tahun baru bagi para bangsawan Jepang selama periode Heian (tahun 794 – 1185).

“Padahal kue mochi masuk ke Jepang melalui Asia Tenggara, saat sistem penanaman padi diperkenalkan ke Jepang. Kudapan ini sebetulnya hanya berupa tteok atau nian gao yang hampir ada di setiap kawasan Asia,” kata Irman, dikutip dari detikjabar, Kamis (28/3/2024).

“Kalau di Sukabumi ini masa-masanya kerajaan Sunda, yang kita kenal di prasasti sanghayang Tapak Cibadak adalah Sri Jaya Buphati. Masa-masa itu kita sudah mengenal bahan mochi yaitu beras ketan, Masyarakat Sukabumi sudah membudidayakan padi dengan cara berladang,” imbuhnya.

Menurut Irman, penjelasan mengenai asal muasal mochi masih bisa diperdebatkan. Namun faktanya, mochi berasal dari Asia Tenggara di mana mengarah ke Indonesia.

Sementara itu, dikutip dari sebuah artikel di laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia/Kemendikbud, memang ada dua versi tentang asal usul kue mochi ini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa kue mochi ini dibawa oleh tentara Jepang yang pernah menduduki Indonesia.

Pada masa itu, ada orang-orang pribumi yang menjadi juru masak di barak-barak militer Jepang. Barak militer saat itu ada di Sekolah Calon Perwira (SECAPA) yang di masa kolonial di kenal dengan nama politie school, yang terletak di Jalan Bhayangkara. Pada masa Jepang, sekolah digunakan menjadi pertahanan militer utama Jepang di Sukabumi.

Versi kedua, ada juga yang memberi keterangan bahwa makanan ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga keturunan Tionghoa yang cukup banyak jumlahnya di Kota Sukabumi. Makanan ini sering disajikan dalam acara-acara pernikahan dan Tahun Baru Imlek.

Mochi Sukabumi berbeda dari mochi Jepang. Dalam mochi Jepang tidak dikenal pembungkus dari bambu untuk Mochi.

Selain itu, kacang tanah yang menjadi isinya tidak ditemukan dalam mochi Jepang. Oleh sebab itu, asumsi yang paling mendekati kebenaran, kenyataanya Indonesia pernah diduduki Jepang (1942–1945).

Hal ini memungkinkan terjadinya pewarisan keahlian dari bala tentara Jepang kepada penduduk lokal yang bekerja di dapur-dapur militer.

Fakta-fakta lain yang bisa menguatkan asumsi ini adalah adanya interaksi ekonomi antara orang-orang Jepang dan penduduk lokal yang sebetulnya sudah terjadi sebelum Jepang menduduki Indonesia.

Sekitar tahun 1930-an, hanya ditemukan toko-toko bahan makanan Jepang yang dikenal dengan sebutan bussando di kota-kota seperti Batavia, Bandung, Semarang, dan Surabaya.

Toko-toko Jepang tersebut menjual berbagai kebutuhan sehari-hari berupa bahan makanan pokok. Di Cianjur, yang letaknya begitu dekat dengan Kota Sukabumi, sekitar tahun 1920-an, di temukan sebuah toko Jepang yang menjual bahan makanan pokok. Nama pemiliknya adalah Togashi Takeomi.

Setelah ditelusuri lebih jauh, dengan memakai metode sejarah lisan, ternyata usaha mochi ‘lah yang berasal dari warga keturunan Cina (Tionghoa).

Kesaksian ini didapatkan dari Didin Syamsudin, pemilik Mochi Rejeki. Menurut Didin, mengenai hal ini, ia memberi petunjuk bahwa usaha mochi pertama di kota Sukabumi adalah Mochi Garuda.

Sejak ia menjadi pedagang asongan pada tahun 70-an, Mochi itu sudah ada, dan merupakan satu-satunya di kota Sukabumi.

Letak Mochi Garuda tidak terlalu jauh dari mochi miliknya, yaitu di daerah Kota Paris, Kelurahan Kebonjati, tepatnya di Jalan Otista No. 39.

Sedangkan kini tercatat lebih dari 10 produsen kue mochi menjalankan usahanya di Sukabumi.

Berbisnis kue mochi adalah bisnis yang menjanjikan karena tak butuh modal besar, selain itu bahan baku pembuatan kue mochi mudah didapat dan pembuatannya cukup sederhana. Dengan adanya kue mochi sebagai makanan yang menjadi ciri khas Sukabumi, hal ini menjadikan perekonomian masyarakat Sukabumi meningkat.

Apa itu Mochi?

Di Indonesia, khususnya kue mochi buatan Kota Sukabumi yang biasa ditemui di jalan Kasuari dan Jalan Ahmad Yani, serta sering dijajakan para pengasong di beberapa titik persimpangan jalan besar di Kota Bogor.

Bahan-bahan untuk membuat kue mochi mudah untuk didapatkan. Mochi memerlukan bahan dasar untuk proses pembuatannya, yaitu tepung ketan yang dibentuk bulat dan berisi adonan kacang.

Kue ini biasanya dijual dalam sebuah keranjang berbahan bambu alias besek yang diberi merek dalam tulisan bahasa Mandarin yang dibaca swang sie yang artinya banyak kebahagiaan.

Keranjang ini pula yang akhirnya menjadi identik dengan kue moci dan disebut dengan kue keranjang. Setiap keranjang biasanya berisi lima hingga tujuh butir kue mochi. Kuliner ini menjadi satu diantara kuliner melegenda di Sukabumi.

Bahan dan Cara Pembuatan Mochi

Bahan Luar Mochi

  • 150 gram tepung ketan
  • 3 sendok makan tepung maizena
  • 1/4 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh vanili
  • 175 mililiter air
  • 35 mililiter santan
  • pewarna makanan

Bahan Isian Mochi

  • 250 gram kacang tanah sangrai
  • 4 sendok makan gula pasir
  • 1 bungkus susu kental manis putih
  • 4 sendok makan air hangat
  • Tepung maizena yang telah disangrai secukupnya

Cara Membuat Mochi isian Kacang

  1. Cara membuat adonan kulit mochi adalah dengan memasukkan tepung ketan, gula pasir, dan maizena pada wadah serta mencampurnya hingga rata. Kemudian tambahkan air, santan, vanili dan garam, lalu aduk hingga rata tanpa menyisakan gumpalan.
  2. Selanjutnya, saring adonan cair tersebut menggunakan saringan untuk menyaring adonan yang menggumpal. Lalu beri pewarna makanan sesuai selera dan aduk adonan hingga rata.
  3. Siapkan kukusan yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Kemudian masukkan adonan ke dalam panci dan kukus selama 25 menit.
  4. Sembari menunggu kukusan selesai, buatlah isian untuk mochi. Haluskan kacang tanah yang telah disangrai menggunakan blender atau bisa juga ditumbuk kasar. Lalu masukkan semua bahan isian, masukkan air panas, kemudian tumbuk agak sedikit halus dan bentuk menjadi bulatan kecil.
  5. Angkat kukusan dan dinginkan adonan kulit mochi.
  6. Kemudian panaskan wajan dengan api kecil dan sangrai tepung maizena dengan daun pandan. Jika pandan telah mengering, itu tandanya tepung telah matang.
  7. Terakhir, taburi tepung maizena di atas adonan kulit agar tidak lengket. Lalu pulung adonan tersebut dan beri isian kacang yang telah disiapkan tadi. Bentuk sesuai selera, kemudian bulatan mochi siap dilumuri tepung maizena yang telah disangrai.***

Editor: Batama Ardiansyah | dari berbagai sumber