Mobil Ketua LD PBNU Gus Aab Alami Kecelakaan Akibat Aquaplaning, Kenali Pengertian dan Bahayanya
"Ketika mobil melewati jalan yang licin akibat berair, maka akan menjadi berbahaya jika tidak berhati-hati"

Klik Today || Mobil Ketua Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) yang mengalami kecelakan lalu lintas di Tol Ngawi-Solo, diduga akibat aquaplaning.
“Saat kejadian, kondisi sedang hujan. Karena kurang hati-hati, Toyota Fortuner mengalami selip, sehingga oleng ke kiri, menabrak guard rail dan terpental masuk ke parit,” ujar Kasi Humas Polres Ngawi Iptu Dian Ambarwati kepada wartawan.
Polisi menduga mobil Gus Aab mengalami aquaplaning. Akibat peristiwa itu, satu orang meninggal di lokasi kejadian.
Atas nama Muhammad Baidowi (30), warga Dusun Krajan Karangan, Desa Curah Kalong, Bangsal Sari, Jember yang merupakan sopir dari Gus Aab.
Kecelakaan tunggal itu terjadi di Tol Solo-Ngawi kilometer 549-B pada Senin (29/1/2024) dini hari, tepatnya di wilayah Desa Kedungharjo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Lantas apa sebenarnya aquaplaning ? Satu diantara kondisi yang berbahaya dan perlu diwaspadai para pengemudi mobil.
Aquaplaning adalah kondisi dimana ban mobil tidak lagi memiliki kontak dengan permukaan jalanan saat ban terkena air, yang membentuk lapisan air antara ban dan jalan.
Hal ini dapat menyebabkan mobil menjadi tidak stabil dan sulit dikendalikan.
Penyebab utama aquaplaning tidak hanya genangan air hujan, tapi juga bisa disebabkan air kendaraan lain yang lewat.
Ketika mobil melewati jalan yang licin akibat berair, maka akan menjadi berbahaya jika tidak berhati-hati.
Ban mobil akan sulit dikendalikan sehingga daya cengkramnya menurun.
Apalagi jika ban mobil tersebut sudah tipis. Risiko mengalami hydroplaning saat kondisi hujan akan lebih besar. Ban yang tipis tidak bisa lagi memecah genangan air.
Bahaya dari aquaplaning sangat besar karena dapat menyebabkan kehilangan kendali atas mobil dan potensi tabrakan.
Aquaplaning juga dapat terjadi pada kecepatan rendah, sehingga sangat penting untuk memahami risiko dan cara mengatasinya. (*)
Editor : Marthin Reinhard