PendidikanUtama

Indonesia Darurat Bullying Anak, Ketua DPR RI Dorong Pemerintah Lakukan Penanganan Khusus

"Puan Maharani menyinggung soal banyaknya kasus perundungan di sekolah, di mana pembelajaran saat ini lebih banyak berfokus pada unsur akademik semata"

Bullying atau perundungan anak yang berujung pada tindakan penganiayaan, dianggap sudah tidak dapat ditolerir

Klik Today || Maraknya kasus perundungan atau bullying di Indonesia, terutama perundungan anak hingga berujung pada penganiayaan, dianggap tindakan yang sudah tidak dapat ditolerir.

Terkait hal itu, Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong Pemerintah untuk mencari solusi.

“Banyaknya kasus bullying membuat Indonesia saat ini berada dalam situasi darurat perundungan. Negara tidak boleh membiarkan kasus bullying terus mengalir tanpa ada solusi yang komprehensif, khususnya untuk perundungan yang melibatkan anak sebagai korban dan pelaku,” kata Puan baru-baru ini.

Seperti diketahui, kasus perundungan anak saat ini banyak yang sedang menjadi sorotan. Setelah adanya kasus anak sekolah yang matanya ditusuk oleh tusukan cilok/bakso hingga mengalami kebutaan, terbaru muncul kasus bullying siswa SMP hingga korban mengalami patah tulang rusuk.

Bahkan dari video yang viral di media sosial, pelaku bullying melakukan kekerasan fisik dengan memukul, menendang hingga membanting korban.

Akhirnya korban dirawat di rumah sakit karena mengalami luka di bagian dada hingga mengalami sesak nafas.

“Banyaknya kasus bullying berujung kekerasan menjadi keprihatinan kita bersama. Di saat kasus siswa SD yang sebelah matanya mengalami kebutaan, akibat kekerasan kakak kelasnya belum ada kejelasan sampai sekarang, kini muncul kasus penganiayaan baru siswa sekolah,” ucapnya seperti dikutip laman resmi DPR RI.

Politisi dari Fraksi PDI-Perjuangan ini menekankan pentingnya sekolah mengedepankan pendidikan karakter, untuk membangun mental yang positif bagi para siswa.

Lebih lanjut Ia mendorong Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk membuat kurikulum untuk membangun karakter siswa yang positif.

“Penting sekali agar pendidikan budi pekerti kembali masuk dalam kurikulum di sekolah, karena menjadi modal penanaman akhlak untuk anak. Pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademik, tetapi juga tentang membentuk karakter dan mental yang kuat pada para siswa,” jelasnya.

Ditambahkannya, pendidikan kewarganegaraan siswa di sekolah perlu dilengkapi dengan adanya pendidikan moral dan budi pekerti bagi anak.

Puan menyinggung soal banyaknya kasus di sekolah di mana pembelajaran saat ini lebih banyak berfokus pada unsur akademik semata.

Padahal penanaman akhlak melalui pendidikan budi pekerti sangat diperlukan para anakdidik.

Sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa yang bermartabat, berbudaya, sekaligus berakhlak serta berkarakter kuat.

“Sekolah harus menjadi wahana untuk mengembangkan individu yang bertanggung jawab, berempati, dan berperilaku baik,” pungkasnya. (red)

Editor : Marthin Reinhard